Museum Sejarah Nasional (NHM) London, Inggris, membeli bongkah meteorit langka yang usianya diperkirakan setua tata surya. Meteorit tersebut menjadi petunjuk untuk mempelajari sejarah tata surya karena material yang dibawanya mungkin sama dengan material yang terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalau.
Bongkah meteorit bernama Ivuna itu diperoleh dari kolektor berkebangsaan AS. Sampel yang dibeli museum merupakan potongan terbesar dari meteorit seberat 705 gram yang jatuh di Tanzania tahun 1938. Potongan lainnya kebanyakan dimiliki kolektor pribadi dan Pemerintah Tanzania.
"Jenis meteorit ini sangat mudah terpengaruh perubahan di Bumi. Perubahan kelembaban misalnya dapat menyebabkan perubahan komposisi," ujar Dr Caroline Smith, kurator meteorit dari NHM. Ia mengatakan, meteorit tersebut masih sangat murni dan masih dijaga dengan baik dalam kotak pendingin sejak ditemukan. Saking langkanya hanya 9 dari sekitar 35.000 meteorit yang ditemukan atau 0,03 persen.
Selain setua tata surya, meteorit Ivuna juga diketahui mengandung material organik. Hasil penelitian tahun 2001 menunjukkan, di dalam meteorit tersebut terdapat asam amino b-alanine dan glycine yang merupakan komponen pembentuk material genetika makhluk hidup.
Dengan demikian, meteorit tersebut dapat menjadi petunjuk awal terbentuknya kehidupan di Bumi. Baru-baru ini, para peneliti dari Imperial College London juga mengumumkan penemuan material organik pada meteorit yang jatuh di Australia yang menjadi bahan baku DNA dan RNA.
Potongan Ivuna akan menjadi obyek penelitian, namun juga akan dipamerkan menjadi koleksi pilihan di galeri meteorit baru. para peneliti akan membelah menjadi dua bagian. Salah satunya akan disimpan dan bagian lainnya dipecah masing-masing seberat 200 miligram atau setebal jari tangan untuk diteliti lebih lanjut.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 comments :
Post a Comment